Resentment dan Dukungan Politik							
						
							
							
								Seperti terlihat dalam grafik, kami menemukan bahwa ketidaksukaan (resentment) sangat bisa menjelaskan preferensi politik seorang warga.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Tanzania Dilanda Kekacauan Usai Pemilu Nasional, Gelap Gulita & Mati Internet
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Semakin tinggi tingkat ketidaksukaan terhadap nonmuslim, Jawa, dan etnik Tionghoa, maka probabilitas memilih Prabowo Subianto menjadi tinggi.							
						
							
							
								Bahkan, kami juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara resentment dan dukungan kepada partai-partai oposisi pada 2019: semakin besar sentimen negatif terhadap nonmuslim, Tionghoa, dan Jawa, semakin meningkat intensi memilih Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat.							
						
							
							
								Hasil ini tetap berlaku bahkan setelah kami kontrol dengan variabel agama, suku, usia, pendapatan, tingkat pendidikan, dan provinsi tempat tinggal responden.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Setelah 4 Tahun Dikuasai Junta Militer, Negara Ini Gelar Referendum
									
									
										
									
								
							
							
								Kami menemukan bahwa kebencian regional kurang kuat dalam memprediksi pilihan suara dibanding tiga dimensi resentment yang lain, meskipun masih cukup prediktif.							
						
							
							
								Dari mana datangnya sikap ketidaksukaan ini?							
						
							
							
								Literatur dalam studi kebencian dan polarisasi politik selama ini mengatakan, hubungan antara tingkat pendapatan dan kemarahan politik (Runciman, 1972).