Karena, generasi muda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa dan mereka tumbuh menjadi populasi pemilih terbesar nantinya.
Sayangnya, studi kami menemukan bahwa semakin muda usia responden semakin tinggi tingkat ketidaksukaan terhadap agama lain.
Baca Juga:
Dua Oknum ASN Pemkab Manokwari Disebut Bawaslu Langgar Netralitas
Memang, ketidaksukaan yang tinggi terhadap agama lain, juga kami temukan di kalangan pemilih yang berusia di atas 70 tahun.
Ini membantu menjelaskan mengapa dalam model linier, usia tidak terkait kuat dengan kebencian agama responden termuda dan tertua memiliki tingkat kebencian yang sama.
Namun, temuan yang menunjukkan tren ketidaksukaan terhadap pemeluk agama lain yang meningkat di kalangan generasi muda merupakan lonceng peringatan yang berbahaya karena mengganggu masa depan kebinekaan Indonesia.
Baca Juga:
KPU Bone Bolango Sosialisasikan Pembentukan Pantarlih untuk Pemilihan Bupati Tahun 2024
Sesuai ekspektasi, studi kami menemukan bahwa kebencian terhadap Jawa jauh lebih banyak ditemukan di kalangan pemilih tua ketimbang anak muda.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap anti-Jawa bersifat laten sebagai akibat dari warisan konflik masa lalu, dan karenanya sentimen tersebut hanya berkembang di kalangan pemilih yang sudah senior.
Terkait dengan sentimen anti-Tionghoa, meskipun konflik seputar ini merupakan warisan perseteruan masa lalu, riset kami menunjukkan bahwa kelompok termuda yang paling mungkin memiliki pandangan anti-Tionghoa.