Kesan lanjutannya, adalah sebuah pertanyaan: se-“Akbar Tandjung” itukah Partai Golkar?
Nah, pertanyaan itulah yang membuat mata saya jadi tertancap agak lama pada fenomena Graha Akbar Tandjung.
Baca Juga:
Golkar Ngada Gelar Pasar Murah, Seribu Paket Sembako Siap Digelontorkan, Masyarakat Diajak Berpatisipasi
Karena, setidaknya, segenap mesin yang ada di dalam kepala saya tetiba saja jadi berputar kencang, melacak sejumlah referensi, demi mendapatkan jawaban untuk pertanyaan tadi.
Begini hasilnya:
Tak sedikit kader “beringin” yang menasbihkan Akbar Tandjung sebagai penyelamat Partai Golkar.
Baca Juga:
Golkar: Setelah Kubu Misbakhun Diakui Kemenkum, Dualisme SOKSI Berakhir
Lewat Munas Luar Biasa di tahun 1998, atau hanya berjarak sekian bulan usai gerakan reformasi “sukses” menumbangkan hegemoni Presiden Soeharto bersama pemerintahan Orde Baru-nya, Akbar Tandjung menaiki tahta Ketua Umum Partai Golkar.
Kala itu, seabrek pihak, terlebih kaum anti-Orba, merancang skenario sederhana berbunyi: “Orba Tumbang, Golkar pun Wajib Bubar!”
Bahkan, pandangan para pengamat pun mulai berseliweran, baik melalui media mainstream (arus utama) maupun substream (arus cadangan), bahwa tumbangnya Soeharto bakal sekaligus menjadi lembar penutup bagi riwayat Golkar.