WahanaNews.co | Gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2024 masih jauh, namun pergerakan para elite partai politik (parpol) menjalin pertemuan semakin giat.
Hingga memunculkan sejumlah poros koalisi yang digadang-gadang bakal bertarung nantinya di Pilpres 2024.
Baca Juga:
Pilgub Kaltim: Pleno KPU Rudy-Seno Unggul dengan 55,7 Persen
Tokoh-tokoh yang akan diusung sebagai calon presiden (capres) 2024 mulai bermunculan di antaranya, seperti Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua DPR Puan Maharani, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan tokoh-tokoh lainnya.
Seiring munculnya tokoh capres di publik, isu 'king maker' pun kembali merebak, Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan memandang seharusnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) masuk jadi kandidat 'king maker' Pilpres 2024. Sebab Jokowi sudah tidak bisa mencalonkan lagi sebagai Capres.
"Saya kira memang Pak Jokowi kan tidak mungkin lagi mencalonkan lagi ya. Wacana 3 periode nampaknya sudah cukup berat. Jadi apa secara politik yang diperlukan Pak Jokowi sekarang, yang paling pokok adalah saya kira satu bagaimana dia menjadi king maker," kata Djayadi dalam diskusi Total Politik, di Jakarta, Minggu (3/7).
Baca Juga:
Permintaan Bawaslu, KPU Jatim Tahan Rekapitulasi Suara Kota Surabaya
Djayadi melanjutkan, biasanya sosok incumbent atau petahana cenderung menjaga posisi kepada siapapun kandidat calon presiden nantinya. Tetapi, untuk posisi Jokowi seharusnya berbeda, karena perlunya peran pemerintah dalam menentukan sosok kandidat yang tepat.
Pasalnya, sosok kandidat Capres 2024 yang tepat berkaitan dengan dua hal. Pertama soal sejumlah progres pertama proyek strategis yang menjadi warisan politik dari pemerintah saat ini.
"Karena orang khawatir kalau dilanjutkan orang yang dianggap tidak mengerti betul apa yang diinginkan Jokowi, (proyek strategis) tidak berlanjut dengan berbagai alasan," kata dia.