Total kepemilikan suara hasil Pemilu
2019 lalu, dua partai itu mencapai 31,9 persen dan memiliki total 206 kursi
DPR (PDIP 128, Gerindra 78).
Menurutnya, Paloh dan Airlangga sadar
akan kekuatan itu. Hingga kemudian keduanya menyiapkan basis koalisi sejak dini
untuk persiapan di 2024.
Baca Juga:
Koalisi Sipil Desak Polri Usut Tuntas dan Tangkap Pelaku Teror ke Redaksi Tempo
Kepemilikan suara hasil Pemilu 2019
Golkar dan NasDem, jika digabung, mencapai 21,36 persen dan memiliki
total 143 kursi DPR (Golkar 85, NasDem 59).
Jumlah itu juga lebih dari cukup untuk
mengusung Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden.
"Kita tahu, Surya Paloh dan Airlangga Hartarto itu king maker. Mereka
ini sebagai yang mengatur," kata Asrinaldi.
Baca Juga:
Koalisi Permanen Prabowo: Soliditas Kian Erat, NasDem Masih Pikir-pikir
"Dengan menempatkan sebagai
inisiator koalisi, mereka (Golkar dan Nasdem) akan mendapatkan keuntungan dalam
menyusun Capres dan Cawapres," sambungnya.
Sementara itu, peneliti politik LIPI, Wasisto Jati, melihat rencana koalisi Golkar-Nasdem
sebagai bentuk respons terhadap hasil survei beberapa waktu terakhir.
Wasisto berpendapat, dua partai mencuri start
untuk mempersiapkan diri. Sebab, keduanya tahu akan berhadapan dengan
kekuatan Gerindra dan PDIP.