Salah satunya, Imam Sjafe"i
atau Bang Pi"i, mantan bos penjahat di Pasar Senen.
Bang Pi"i merupakan salah
satu sosok jago yang terkena imbas Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) yang
merampingkan anggota militer.
Baca Juga:
Peras Pengendara Modus Pura-pura Tertabrak, Polisi Ringkus Preman Lansia di Tambora
Ia lantas membentuk geng
Korps Bambu Runcing (Kobra) pada 1949, organisasi masyarakat semi-militer
pertama pasca-kemerdekaan.
"Kobra kala itu direstui
Komando Militer untuk membantu pengamanan di Jakarta," tutur Achmad Yaya,
putra Mat Bendot, dalam wawancaranya dengan wartawan, pertengahan Juni 2016.
Saat itu, Kepala Staf
angkatan Darat (KSAD), Jenderal Nasution, melihat potensi para jago.
Baca Juga:
Ketua DPR: Negara Tidak Boleh Kalah dengan Ormas Pengganggu dan Meresahkan
Ia lantas menyerap mereka,
dan membentuk kutub kerjasama baru yang menjahit militer, para jago, bekas
laskar, pemuda, hingga dunia kriminal.
Setelah Sukarno mencopot
Nasution dari jabatannya, jenderal itu melanjutkan membentuk Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI), sebuah partai yang menjadi kendaraan politiknya.
IPKI berisi orang militer,
bekas laskar, dan jaringan jago. Dengan kekuatan ini, Nasution berhasil menekan
Sukarno.