Ia dikenalkan oleh sahabat kakaknya yang saat itu mahasiswa jurusan Kimia. Di sinilah momen yang mengubah hidup Teruna. Selama kurang lebih 2 bulan, dirinya belajar kimia secara intens dengan seniornya tersebut. Ia berkata bahwa seniornya itu cukup galak.
“Orangnya keras. Dia orang Batak juga sama kaya saya. Dia selalu kasih quiz ke saya. Saat pertama saya enggak tau apa-apa. Lalu dia bilang ‘bodoh kali kau’,” kenang Teruna sambil tertawa.
“Terus dia ambil buku-buku lalu dijatuhkan di depan saya,"
"BAMM!" Teruna meniru suara buku-buku yang dijatuhkan.
Baca Juga:
Arnod Sihite Dilantik Ketua Umum PTSBS Periode 2024-2029: Ini Daftar Lengkap Pengurusnya
"‘Kau baca buku ini. Minggu depan datang lagi kemari’ gitu dia bilang. Lalu saya baca-baca lah. Minggu depan saya datang lagi dan di-quiz lagi. Begitulah terus saya belajar sama dia. Tapi makin lama dia memang bener-bener pengen dorong saya untuk bisa. Setelah itu mulailah saya mengerti kimia,” ungkapnya.
Setelah dirinya mengikuti ujian Skalu, nama Teruna tidak ‘keluar’ di Fakultas Kedokteran UI. Namun ia diterima di fakultas Fisika dan Kimia. Lalu dari situ, ia memutuskan untuk mengambil Kimia. Karena menganggap itu merupakan ilmu yang dekat dengan bidang kesehatan seperti ibunya yang seorang bidan.
Dirinya juga menceritakan tantangan yang ia terima saat pertama kali belajar di program Ph.d di Arizona. Apalagi, ia juga sambil mengajar 3 kali seminggu untuk para murid-murid program S1.
Baca Juga:
Arnod Sihite Resmi Pimpin Parsadaan Toga Sihite Boru Sedunia, Fokus Lestarikan Budaya Batak pada Generasi Muda
Hal yang paling berat untuknya ialah penyesuaian bahasa. Dirinya mengakui bahwa sejak SMA ia baik dalam Bahasa Inggris, namun dengan tuntutan untuk belajar dan mengajar menggunakan full English, dirinya cukup kesulitan di situ.
“Kalau sudah di depan kelas mengajar kan harus full English. Engga ada yang bantu atau segala macem. Harus Bahasa Inggris 100%, engga bisa translate,” jelasnya.
“Ada cerita lucu. Waktu saya nulis di papan tulis, saya mau nulis and, tapi saya malah tulis ‘dan’ Bahasa Indonesia. Langsung murid-murid pada nanya, ‘what is dan?' 'who is dan?’ karena di US 'dan' itu kan nama ya. Terus kita jadi ketawa semua,” kenangnya.