Ketidakpastian perdagangan global juga meningkat akibat kebijakan proteksionis yang diterapkan sejumlah ekonomi utama.
Peningkatan pembatasan impor dapat mendorong kenaikan biaya produksi dan menekan daya beli konsumen.
Baca Juga:
Peta Canggih Diluncurkan, Indonesia Bidik PDB Per Kapita US$12.000
Selain itu, ketidakpastian kebijakan moneter dan kerentanan sektor keuangan akibat tingginya utang dan menurunnya kualitas kredit turut menjadi ancaman yang dapat memengaruhi stabilitas pasar global.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
OECD memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 5,1% pada 2024, 5,2% pada 2025, dan kembali ke 5,1% pada 2026.
Baca Juga:
Defisit APBN 2025 Disepakati 2,29-2,82% PDB oleh Kemenkeu, PPN, BI, dan Banggar DPR
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, yang berkontribusi sekitar 53% terhadap total PDB, serta peningkatan investasi yang diperkirakan akan menguat dalam dua tahun ke depan.
Namun, target ini cukup berbeda dengan ambisi Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% selama masa jabatannya.
Dalam rencana lima tahunnya, Presiden menargetkan pertumbuhan sebesar 5,7% pada 2025, 6,4% pada 2026, 7% pada 2027, 7,5% pada 2028, dan 8% pada 2029.