Itu berarti, selain item-item itu sendiri, konteks historisnya juga dicuri, sehingga para arkeolog kehilangan informasi yang berharga. (Sebaliknya, para penyelidik bekerja mundur, menilai dokumen dan klaim asal-usul artefak yang diberikan oleh pemiliknya, serta melakukan uji teknis untuk memastikan asal-usul sebenarnya dari sebuah benda.)
Sebagian besar barang yang baru-baru ini dikembalikan ke Italia digali dari penggalian rahasia atau dicuri dari gereja, museum, dan perorangan, kata Gargaro.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Di antara barang-barang yang dipamerkan pada hari Selasa adalah sebuah pelindung dada besi dan dua kepala perunggu yang berasal dari abad ke-4 hingga ke-3 SM yang disita dari seorang pemilik galeri di New York.
Ada juga patung perunggu Umbria yang menggambarkan seorang prajurit yang dicuri dari sebuah museum Italia pada tahun 1962 yang ditemukan di sebuah museum Amerika yang terkenal.
Ada pula lantai mosaik yang menggambarkan mitos Orpheus yang menyihir binatang liar dengan suara kecapi dari pertengahan abad ke-3 hingga pertengahan abad ke-4 M ditemukan kembali setelah dicuri dari penggalian rahasia di Sisilia pada awal tahun 1990-an. Benda itu disita dari koleksi pribadi seorang kolektor terkenal di New York.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
Unit Perlindungan Warisan Budaya Carabinieri Italia menggunakan kecerdasan buatan untuk mencari aset budaya yang dicuri di bawah program baru yang disebut "Sistem Deteksi Karya Seni Curian" (SWOADS), yang mencari barang-barang yang dicuri dengan memindai web dan media sosial untuk mencari gambar.
"Pengembalian aset budaya yang sangat penting ke Italia, baik karena konsistensi numeriknya maupun nilai historis-artistiknya, merupakan pencapaian signifikan lainnya," kata Wakil Menteri Kebudayaan Italia Gianmarco Mazzi.
"Selain menjadi karya seni yang sangat berharga, karya-karya itu mewakili ekspresi tinggi dari sejarah, budaya dan identitas nasional kita," jelasnya.