Pelabuhan-pelabuhan utama lumpuh
karena agen bea cukai, buruh pelabuhan, pengemudi truk, dan pekerja kereta api
berhenti bekerja.
Beberapa perusahaan pengiriman untuk
sementara menghentikan layanan ke Myanmar, sambung laporan itu.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Sekitar 80 persen perdagangan Myanmar
dilakukan melalui laut, dan UNDP memperkirakan perdagangan di pelabuhan turun
hingga 64 persen dalam dua bulan setelah kudeta.
Gangguan serupa pada transportasi dan
pergerakan tenaga kerja dan barang, industri pertanian serta tekanan pada mata
uang negara, kyat.
"Di seluruh masyarakat Myanmar,
ini merupakan kemunduran besar, tidak hanya dalam pembangunan tetapi juga dalam
hal ketidaksetaraan dan kerentanan," kata Steiner.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
"Orang akan berjuang untuk
bertahan hidup," lanjutnya.
Akibatnya, krisis kemanusiaan tengah
berlangsung.
Program Pangan Dunia (WFP) PBB pekan
lalu memperingatkan bahwa "kelaparan dan keputusasaan" meningkat di
Myanmar.