Kegelisahan publik terhadap obat generik semakin meluas, menyebabkan ketidakpercayaan terhadap produk tersebut. Beberapa pasien bahkan memilih membeli obat bermerek secara daring daripada menggunakan versi generik yang diresepkan dokter.
Salah satu pengguna di platform Xiaohongshu menulis bahwa antibiotik generik yang diberikan rumah sakit terasa berbeda dari versi aslinya, sehingga ia lebih memilih membeli langsung versi bermerek.
Baca Juga:
DeepSeek Guncang Industri AI, ChatGPT Terpaksa Ubah Strategi
Di sisi lain, sejumlah unggahan viral yang membahas isu ini telah dihapus tanpa kejelasan mengenai pihak yang bertanggung jawab. Penyensoran ketat di internet China membuat diskusi tentang kontroversi ini sulit berkembang secara terbuka.
Kemarahan publik juga dipicu oleh keterbatasan akses terhadap obat impor, yang dinilai lebih berkualitas. Salah satu unggahan di Weibo menuliskan, "Selama kami masih bisa membeli obat bermerek, saya tidak akan banyak mengeluh."
Sistem Pengadaan Obat di China
Baca Juga:
India Tolak BRICS Karena Tak Ingin Berbagi Mata Uang yang Sama dengan China
China memperkenalkan sistem pengadaan obat pada 2018 untuk mengurangi pengeluaran negara. Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam proses tender untuk memenuhi 70% kebutuhan obat rumah sakit umum.
Model ini mendorong persaingan ketat antarprodusen obat generik domestik, yang menawarkan harga serendah mungkin agar memenangkan kontrak. Akibatnya, muncul pertanyaan mengenai kualitas obat yang ditawarkan dengan harga terlalu murah.
Salah satu contoh ekstrem terjadi pada Desember lalu, ketika sebuah tablet aspirin dijual dengan harga kurang dari satu sen. Perdebatan pun muncul: "Bisakah obat semurah itu benar-benar efektif?"