Populasi yang menua dengan cepat menyebabkan pengeluaran kesehatan melonjak hampir 20 kali lipat dalam dua dekade terakhir, mencapai 9 triliun yuan (sekitar Rp20 ribu triliun) pada 2023.
Di berbagai wilayah, dana asuransi kesehatan publik semakin menipis.
Baca Juga:
DeepSeek Guncang Industri AI, ChatGPT Terpaksa Ubah Strategi
Beberapa provinsi mulai mengalami defisit, sementara pemerintah daerah yang sebelumnya bergantung pada pendapatan dari penjualan tanah kini kesulitan menghadapi utang akibat krisis properti yang mengguncang ekonomi China.
Di saat yang sama, kepercayaan terhadap sistem layanan kesehatan terus menurun.
Sejak awal 2000-an, insiden kekerasan terhadap tenaga medis semakin sering terjadi, didorong oleh ketidakpuasan terhadap keterbatasan sumber daya serta menurunnya kepercayaan terhadap dokter.
Baca Juga:
India Tolak BRICS Karena Tak Ingin Berbagi Mata Uang yang Sama dengan China
Persoalan terkait pengadaan obat akhirnya mendapat perhatian pemerintah sebagai isu yang perlu ditangani.
Berbeda dengan topik sensitif lainnya seperti represi terhadap pembangkang politik atau perlakuan terhadap suku Uighur di Xinjiang, isu ini tidak mengalami penyensoran yang ketat.
Dalam pernyataan yang dirilis pada 19 Januari, Badan Keamanan Kesehatan Nasional menyatakan bahwa pemerintah sangat memperhatikan masalah ini dan berencana mengumpulkan masukan untuk memperbaiki kebijakan pengadaan obat.