Suasana Sheraton Mustika, hotel bintang 5 di Sleman jadi tempat raker KPK, Kamis (28/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Kurnia mengatakan, praktik pemborosan ini bukan hanya terlihat dari kebijakan kelembagaan, tetapi juga dari figur pimpinan KPK. Misalnya Firli Bahuri yang menunjukkan gaya hedonisme saat menggunakan helikopter mewah saat pulang ke kampung ke Sumatera Selatan. Firli pun dinilai melanggar kode etik oleh Dewas KPK.
Baca Juga:
Pengusaha Hotel Ungkap Kendala Investasi di Daerah, Termasuk IKN: Modal Bank Sulit
"Sebab, praktik pemborosan anggaran seperti itu memang sudah terlihat sejak Firli Bahuri cs menjabat sebagai pimpinan KPK," sambung Kurnia.
Di level kebijakan, Kurnia menyinggung soal rencana pembelian mobil dinas mewah hingga kenaikan gaji pimpinan KPK.
Mantan pegawai KPK yang dipecat gara-gara TWK seperti Novel Baswedan pun turut berkomentar soal polemik rapat di hotel berbintang 5. Pasalnya, Novel disebut Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, pernah menghadiri rapat seperti ini di hotel.
Baca Juga:
Jokowi Resmikan Peletakan Batu Pertama Hotel Swasta di IKN
Novel menegaskan KPK memang sudah sering menggelar raker di luar kota. Namun menurutnya, raker terdahulu tidak pernah di hotel bintang 5.
"Salah satu kelebihan Pimpinan KPK sekarang adalah suka berbohong. Sebelumnya raker KPK paling di hotel bintang 3, Puncak Bogor. Tidak pernah di hotel bintang 5," kata Novel dikutip dari akun Twitter pribadinya, Jumat (29/10).
Ia pun mempertanyakan alasan pimpinan KPK yang berdalih rapat di Yogyakarta bagian dari pemulihan ekonomi nasional dalam sektor pariwisata.