Ketua KPK Firli Bahuri turut angkat suara terkait polemik KPK rapat di hotel bintang 5. Ia menegaskan kehadiran KPK di DIY bukan untuk jalan-jalan. Ia menyatakan agenda raker untuk mengevaluasi kinerja lembaga selama dua tahun terakhir.
"Di Yogya bukan jalan-jalan tapi ada kegiatan yang harus diselesaikan. Antara lain kita menyusun dan evaluasi bagaimana kinerja KPK dua tahun yang lalu 2019-2021. Setelah kita evaluasi kita juga berpikir bagaimana dua tahun ke depan," kata Firli ditemui di Warung Kopi Klotok, Pakem, Kabupaten Sleman, Jumat (29/10).
Baca Juga:
Pengusaha Hotel Ungkap Kendala Investasi di Daerah, Termasuk IKN: Modal Bank Sulit
Ia juga mengeklaim transportasi yang digunakan yang paling murah. Namun yang terpenting saat ini, kata dia, adalah tujuan yang ingin dicapai dari rapat.
"Jadi saya sampaikan ya, kita datang ke Yogya berbagai alternatif transportasi yang bisa dipakai. Tapi kita ambil yang paling murah. Ada kereta, tetapi kereta lebih mahal daripada pesawat," jelasnya.
Sekjen KPK Cahya H Harefa menegaskan biaya rapat masih sesuai Standar Biaya Umum (SBU) di Yogyakarta.
Baca Juga:
Jokowi Resmikan Peletakan Batu Pertama Hotel Swasta di IKN
"Pokoknya sesuai SBU. SBU di Yogya, kan, antara Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta. Ya, kira-kira paket meeting-nya segitu. Paket meeting semua di Yogya segitu kita sudah ikuti," kata Cahya di Warung Kopi Klotok di Pakem, Kabupaten Sleman, Jumat (29/10).
Cahya tidak menjelaskan apakah biaya tersebut selama tiga hari atau per hari. Sementara keseluruhan peserta rapat di Yogyakarta adalah 55 orang.
Mengutip dari situs Traveloka, harga kamar termurah di Hotel Sheraton Mustika adalah Rp 1.041.641 per malam. Sementara untuk kamar dengan harga tertinggi 1.828.927 per malam.