WahanaNews.co | Menyusul pengakuan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E pada pengacaranya, belakangan ini pernyataan Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto viral di sosial media Twitter, dan menuai kecaman warganet.
Tak sedikit yang berkomentar agar Benny Mamoto pun ikut diperiksa, lantaran dianggap mendukung aksi kejahatan.
Baca Juga:
Ketua Kompolnas Budi Gunawan Akui Kasus Firli Bahuri Bukan Perkara Mudah
Pernyataan Benny Mamoto itu terkait peristiwa adu tembak antara Brigadir J dengan Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo hingga menewaskan Brigadir J.
Dalam sebuah wawancara, Benny mengungkapkan kronologi awal kejadian adu tembak. Menurut Benny, kejadian itu bermula dari adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat kepada istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Chandrawati.
"Kebetulan saya tadi turun langsung mendengar dari tim penyidik, dari Polres Jakarta Selatan. Saya perlu turun karena banyaknya silang informasi yang membuat bingung masyarakat, sehingga saya turun langsung, mendengar langsung, melihat langsung bukti-bukti yang ada, termasuk foto-foto yang ada," ucap Benny.
Baca Juga:
Menko Polhukam dan Kompolnas Bersatu, 20 Pokja Dibentuk untuk Berantas Judi Online
"Jadi kasus ini kan memang berawal dari terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J, dia masuk ke kamar kemudian istri dari Ferdy, Bharada E mendengar, langsung turun untuk mengecek ada kejadian apa. Setelah turun ternyata ditemui disitu ada Brigadir J yang justru malah menodongkan senjata kemudian melakukan tembakan-tembakan, nah kemudian terjadilah tembak-menembak yang akhirnya Brigadir J meninggal dunia," sambung dia.
Benny kemudian menyebut, saat adu tembak antara Brigadir J dengan Bharada E, semua tembakan Brigadir J meleset karena tidak fokus.
"Mungkin ini orang sering bertanya dalam kasus ini kenapa 7 tembakan Brigadir J ga ada yang kena, sementara 5 tembakan Bharada E itu kena semua," terang Benny.