Middle income trap terjadi saat sebuah negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tak dapat naik menjadi negara maju karena dinamika pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan demografi --khususnya pertumbuhan populasi yang memengaruhi Pendapatan Nasional Bruto (PNB).
Dari 190 lebih negara di dunia, hanya 20 bisa keluar dari jebakan ini.
Baca Juga:
Mabes Polri Gelar Upacara Sumpah Pemuda, Indeks Pembangunan Pemuda Harus Ditingkatkan
Indonesia sudah menjadi negara kelas menengah atas di 2020, tetapi malah turun ke kelas menengah bawah tahun ini karena turunnya PNB.
Karena itu, wajar bonus demografi jadi obsesi.
Ia diraih saat penduduk berusia nonproduktif jumlahnya lebih kecil dari penduduk berusia produktif yang memang produktif.
Baca Juga:
Peringati Hari Sumpah Pemuda Ke-96, Danrem 182/JO Bacakan Amanat Menpora
Artinya mampu menghasilkan pendapatan, mendongkrak PNB membantu negara ”naik kelas”.
Sebaliknya, ia jadi beban atau jebakan ketika penduduk usia produktif yang jumlahnya lebih banyak dari yang berusia nonproduktif justru tak produktif: tak mampu meningkatkan penghasilan, apalagi mengungkit PNB sehingga negara ”tinggal” atau malah ”turun kelas”.
Penduduk usia produktif kita didominasi generasi X (lahir 1965-1980), milenial (lahir 1981-1996), dan sebagian Z (lahir 1997-2012).