Para pemimpin negara, termasuk Indonesia, akan kembali diuji komitmennya.
Jika sebelumnya isu hutan menjadi topik panas dalam sejarah berlangsungnya KTT Perubahan iklim, kini ditambah dengan isu energi.
Baca Juga:
Pesta Raya Flobamoratas, Ajang Festival Mendekatkan Isu Perubahan Iklim kepada Masyarakat Luas
Desakan menghentikan deforestasi sama besarnya dengan tekanan untuk menghentikan bahan bakar fosil.
Selain deklarasi menghentikan deforestasi, juga ada komitmen negara-negara untuk menghentikan pembangunan PLTU batubara baru pada tahun 2030 bagi negara maju, dan selambatnya 2040 bagi negara berkembang, termasuk Indonesia.
Apakah semua komitmen para pemimpin negara pada dua sektor yang menyumbang emisi karbon global menjadi pertanda harapan baik?
Baca Juga:
Hadapi Krisis Iklim Global di NTT, VCA Gelar Dialog Publik Bertajuk "Suara Bae Dari Timur"
Organisasi masyarakat sipil telah mengingatkan bahwa komitmen tersebut belum cukup, terlebih dalam laporan yang dilansir Global Carbon Projects terbaru menyebutkan bahwa emisi karbon tahun ini 36,4 gigaton setara karbon dioksida, meningkat 4,9 persen dari tahun sebelumnya.
Semua komitmen ini akan diuji pada kebijakan dalam negeri di masing-masing negara, termasuk Indonesia.
Tanpa peta jalan yang jelas dan terukur dalam kebijakan energi untuk memastikan transisi energi fosil, khususnya batubara menuju energi yang bersih, terbarukan, dan berkeadilan, dan langkah pertama bisa dimulai dengan menutup PLTU batubara.