Dia sudah melakukan sejumlah kerja rintisan ketika dia masih sebagai Katib Am PBNU.
Salah satu di antaranya, NU telah menandatangani pakta Nusantara Statement yang melibatkan sejumlah pemimpin keagamaan dan politik dunia di Yogyakarta pada 25-26 Oktober 2018 melalui The Second Global Unity Forum.
Baca Juga:
Akun X Pelesetkan Logo NU Jadi 'Ulama Nambang' Warga Surabaya Lapor Polisi
Para pihak yang terlibat di dalamnya membangun kesepakatan untuk menyerukan ”iktikad dari seluruh umat beragama dan bangsa-bangsa untuk bersama-sama membangun konsensus dalam mencegah political weaponization of Islam, baik oleh Muslim atau non-Muslim, dan membendung persebaran kebencian komunal dengan memperkokoh kemunculan sebuah tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didirikan di atas penghargaan terhadap kesamaan hak dan penghargaan terhadap derajat sesama manusia”.
Kedua, NU telah memiliki reputasi internasional sebagai basis ormas Islam moderat terbesar di Indonesia.
Reputasi inilah yang mendorong sejumlah tokoh internasional untuk melirik NU sebagai alternatif jawaban atas krisis keberagamaan yang terjadi di sejumlah negara, terutama di Timur Tengah, yang sebagiannya masih dilanda konflik berkepanjangan.
Baca Juga:
MUI Larang Salam Lintas Agama, Ini Tanggapan PBNU
Salah satu contohnya adalah kunjungan kerja Presiden Afghanistan Ashraf Ghani ke Indonesia dalam rangka mempelajari model Islam moderat, terutama yang dikembangkan oleh para ulama NU (April 2017).
Belakangan, kunjungan ke Indonesia juga dilakukan oleh delegasi Taliban (2019) untuk belajar bagaimana membangun demokrasi di tengah kemajemukan.
Relasi Indonesia-Afghanistan tentu saja tak bisa dilepaskan dari peran NU dan NU Afghanistan (NUA) yang terbentuk pada 2014.