Konsep kurikulum tersembunyi didasarkan pada pengakuan bahwa siswa menyerap pelajaran di sekolah yang mungkin atau tidak mungkin menjadi bagian dari program studi formal.
Sebagai contoh, bagaimana mereka harus berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya; bagaimana mereka seharusnya memandang ras, kelompok, atau kelas orang yang berbeda; atau ide dan perilaku apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Baca Juga:
Agincourt Resources Permak SMKN 2 Batangtoru Menuju Sekolah Adiwiyata Nasional
Kurikulum tersembunyi digambarkan sebagai “tersembunyi” karena biasanya tidak diakui atau tidak diteliti siswa, pendidik, dan masyarakat luas.
Nilai dan pelajaran yang diperkuat kurikulum tersembunyi sering kali merupakan status quo yang diterima, dapat diasumsikan bahwa praktik dan pesan “tersembunyi” ini tidak perlu diubah.
Kurikulum tersembunyi juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal dan interaksi sosial di dalam sekolah-sekolah.
Baca Juga:
Mengenal Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Masa ke Masa
Kurikulum tersembunyi sukar untuk didefinisikan secara eksplisit karena berbeda-beda antarsiswa dan pengalamannya serta karena kurikulum itu selalu berubah-ubah seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat (Henry Giroux dan Anthony Penna, 1983: 100-121).
Ekspektasi Budaya