Ekspektasi yang muncul karena suatu budaya tertentu baik itu dalam bidang akademik, sosial, maupun perilaku yang ditetapkan sekolah akan terkomunikasikan kepada siswa.
Misalnya, satu guru yang selalu memberikan tugas yang sulit dan mengharapkan semua siswa mengerjakan tugas tersebut dengan baik, sementara guru lain mungkin memberikan tugas yang relatif mudah dan biasanya memberikan nilai kelulusan kepada semua siswa dengan mudah, bahkan ketika kualitas pekerjaannya rendah.
Baca Juga:
Agincourt Resources Permak SMKN 2 Batangtoru Menuju Sekolah Adiwiyata Nasional
Di kelas dengan harapan tinggi, siswa dapat belajar lebih banyak dan mengalami rasa pencapaian yang lebih besar, sedangkan siswa di kelas lebih mudah mungkin melakukan pekerjaan dengan tidak terlalu antusias dan relatif tidak tertarik pada pelajaran yang mereka ajarkan.
Demikian pula, sekolah mungkin secara tidak sadar menahan kemajuan siswa karena latar belakang budaya yang berbeda, misalnya, siswa dengan latar belakang ras minoritas atau siswa penyandang cacat.
Hal ini dapat menurunkan harapan akademik mereka yang mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan pada prestasi akademik, aspirasi pendidikan, atau perasaan mereka.
Baca Juga:
Mengenal Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Masa ke Masa
Tak ayal bahwa nilai-nilai yang dipromosikan sekolah, pendidik, dan kelompok tertentu dapat menyampaikan pesan tersembunyi.
Bagaimana sekolah mengenali, mengintegrasikan, atau menghormati keragaman dan perspektif multikultural dapat menyampaikan pesan yang disengaja dan tidak disengaja.
Suatu sekolah mengharapkan dan menghargai keseragaman, sedangkan sekolah lain mungkin lebih mendorong ketidakseragaman.