Karena itu, kita membutuhkan politikus berkarakter etis yang selalu mempersenjatai diri dengan aspek etika.
Politikus seperti ini tidak hanya mengandalkan pengetahuan dan kecakapan politik karena itu semua tidak akan cukup dan tidak akan efektif jika tidak dilandaskan pada etika.
Baca Juga:
Megawati Akui Luka Hati Usai Pemilu 2024
Politikus seperti ini juga akan terus merefleksikan peran etika dalam praksis berpolitiknya.
Ia tidak sekadar taat pada kode etik tertentu yang terkesan formalitas, tetapi benar-benar sebuah operasi politik yang berada di bawah kendali prinsip-prinsip etika dan dikonstruksi dari kesadaran nurani.
Singkatnya, kita memerlukan politikus beretika.
Baca Juga:
Alur Kasus Pemecatan Tia Rahmania hingga Gugatan Dikabulkan PN Jakpus
Dengan demikian, krisis kredibilitas politik(us) tidak bertransformasi menjadi krisis kebangsaan yang merusak peradaban demokrasi dan menghancurkan pelayanan publik.
Sebab, jika kita memiliki politikus beretika, dia akan menjadi orang yang jujur, adil dan menghormati demokrasi.
Dan jika negara dikelola dengan kejujuran, keadilan dan dengan menghormati demokrasi, kita akan menjadi bangsa yang berkarakter dan bangsa yang kuat, bangsa yang percaya diri, bangsa yang mampu memperjuangkan kepentingan rakyat secara baik.