Hal itu dipicu juga oleh perubahan perilaku konsumen (customers" behaviour) yang menyukai pembayaran non-tunai sebab lebih cepat dan praktis.
Hal tersebut dipacu pula oleh pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
Kemudian muncul gagasan untuk mendirikan atau mengubah model bisnis dari bank umum menjadi bank digital (neo bank).
Bank digital merupakan bank yang menyediakan layanan perbankan secara daring tanpa jaringan fisik.
Kini terdapat lima bank yang telah menobatkan diri sebagai bank digital, yaitu Jenius dari Bank BTPN, Wokee (Bank KB Bukopin), Digibank (Bank DBS), TMRW (Bank UOB,) dan Jago (Bank Jago).
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
Ada tujuh bank telah mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bertransformasi menjadi bank digital, yaitu Bank BCA Digital, Bank Agroniaga, Bank Neo Commerce, Bank Capital, Bank Harda, Bank QNB, dan Bank KEB Hana (Kontan.co.id, 10 Juni 2021).
Namun, menurut saya, lima bank digital itu hanya merupakan anak perusahaan (subsidiary) dari bank.
Nah, mulailah saham sektor perbankan berbasis teknologi diburu investor ritel terutama generasi milenial yang kini mencapai sekitar 85 juta orang (31,37 persen) dari total penduduk Indonesia 271 juta orang.