Coba simak data berikut:
Amerika Serikat dengan tingkat pencapaian vaksinasi 50,5 persen per 6 Agustus 2021, kinerja indeks Dow Jones naik 15 persen, S&P 500 naik 18,1 persen.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
Kemudian Brasil menyusul dengan 20,6 persen yang mendorong indeks BOVESPA naik 3,2 persen, Inggris 58,3 persen (indeks FTSE 100 naik 10,3 persen), Spanyol 59,7 persen (IBEX 35 naik 10 persen), Jerman 53,7 persen (DAX naik 14,9 persen), Italia 54,3 persen (FTSE MIB naik 16,9 persen) dan Perancis 49,4 persen (CAC 40 naik 22,8 persen) serta China tidak ada data (SHCOMP turun 0,4 persen).
Demikian pula, Singapura 63,4 persen (STI naik 11,7 persen), Hong Kong 34,5 persen (Hang Seng turun 3,9 persen), Korea Selatan 14,6 persen (KOSPI naik 13,8 persen), Malaysia 25 persen (FBM KLCI turun 8,4 persen), Indonesia 8,2 persen (JCI naik 3,8 persen) dan Thailand 6 persen (SET naik 5 persen) (The Edge CEO Morning Brief, 10 Agustus 2021).
Data itu menegaskan bahwa betapa penting dan mendesaknya percepatan vaksinasi nasional untuk dilakukan dalam mengerek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kemudian menyetrum pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
Namun, mengapa indeks saham Hong Kong dan Malaysia justru turun masing-masing 3,9 persen dan 25 persen?
Penurunan itu disebabkan risiko pasar berupa hebohnya politik di dalam negeri.
Tan Sri Muhyiddin dituntut untuk mudur sebagai Perdana Menteri Malaysia.