"Tapi hari ini memang banyak kiai yang nelongso, atau prihatin dengan deklarasi yang cukup mendadak, dan memerlukan waktu untuk mencernanya, dan itu tergambar dalam surveinya," kata Gus Ipul.
Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menilai sahut menyahut pernyataan itu semakin menegaskan adanya dua kutub kekuatan di dalam Nahdhatul Ulama.
Baca Juga:
Cak Imin Mengaku Menerima Pesan dari Presiden Prabowo Subianto
Ada kelompok yang mendukung positioning dan ijtihad politik PKB serta Cak Imin. Di sisi lain ada yang menolak.
"PKB tentu adalah representasi mesin politik yang lahir dari rahim NU, tetapi per hari ini, PBNU dan sebagai simbol tokoh NU yaitu menteri agama, menunjukkan sikap yang berseberangan dengan ijtihad politik yang dilakukan PKB. Oleh karena itu, hal ini kemudian kembali memperuncing dua kutub kekuatan di dalam tubuh NU itu sendiri," kata Umam saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (2/10) malam.
Ia berpendapat pernyataan-pernyataan yang keluar dari tokoh NU itu juga berkaitan dengan sejarah Pilgub DKI 2017.
Baca Juga:
PKB Deli Serdang Laksanakan Musyawarah Kerja untuk Tingkatkan Pelayanan Terbaik Masyarakat
Umam menyinggung soal Anies yang dipersepsikan sebagai sosok yang menggunakan politik identitas dalam kiprahnya dengan didukung oleh kelompok islam konservatif.
Di sisi lain, PKB mempunyai basis pemilih Islam moderat.
"Ketika dalam realitas politik 2024, seolah dua kekuatan itu menjadi satu, maka tidak semua jaringan kiai, para santri, bisa mencerna itu sebagai sebuah realitas politik yang wajar, tetapi masih terbawa dengan dinamika politik sebelumnya, yang merasa khawatir dan mencoba memitigasi, supaya ancaman polarisasi, benturan identitas tidak terjadi lagi," katanya.