"Oleh karena itu, hal itu kemudian terepresentasikan dalam pernyataan Menag, Mbak Alissa Wahid, Sekjen PBNU yang seolah berhadap-hadapan dengan elite politik di PKB," ucapnya.
Terpisah, Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengatakan sejak Gus Yahya memimpin PBNU, relasi antara ormas itu dengan PKB memang tidak seharmonis ketika dipimpin Said Aqil Siroj.
Baca Juga:
Cak Imin Mengaku Menerima Pesan dari Presiden Prabowo Subianto
Bawono menyinggung soal sosok Yahya yang dinilai dekat dengan Presiden ke-4 RI sekaligus tokoh NU Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Sementara Cak Imin mempunyai catatan sejarah dengan Gus Dur di internal PKB.
"Kita tahu ada catatan yang kurang baik dalam relasi politik antara Cak Imin dengan almarhum Gus Dur. Cak imin dinilai oleh Keluarga Ciganjur mengkudeta, menyingkirkan Gus Dur dari PKB. Otomatis ketika Ketua PBNU dijabat oleh figur yang punya kedekatan dengan Ciganjur, relasi dengan PKB menjadi agak sedikit renggang," katanya.
Baca Juga:
PKB Deli Serdang Laksanakan Musyawarah Kerja untuk Tingkatkan Pelayanan Terbaik Masyarakat
Di sisi lain, Bawono berpendapat langkah PKB dan Cak Imin berkoalisi dengan Anies di Pilpres 2024 menjadi problematik.
Ia mengatakan sejak Pilkada, Anies didukung kelompok Islam yang berbeda spektrum dengan NU.
"NU berada dalam spektrum islam yang moderat, tradisional sementara Anies saat bertarung di Pilkada DKI dan selama lima tahun menjabat, itu kan mendapat dukungan dari kelompok islam di spektrum kanan, konservatif, katakan lah kelompok 212, FPI. Bahkan didukung oleh parpol yang memiliki kedekatan spektrum islam yang di kanan, PKS," katanya.