Mengutip CNBC International, Kamis (10/3/2022), Anthony Nafte dari CLSA mengatakan bahwa harga komoditas telah melonjak sejak Rusia perang dengan Ukraina. Bagi Nafte, naiknya harga komoditas akan menguntungkan bagi Indonesia karena ekonominya di gerakan oleh komoditas.
"Lebih dari 50% ekspor mereka berasal dari komoditas, dan sekarang Anda sudah mendapatkan posisi di mana harga komoditas akan bertahan lebih tinggi lebih lama," kata Nafte.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Dia mengatakan, misalnya, Rusia saat ini merupakan pemasok batu bara terbesar kedua ke China dan gangguan dapat mendorong Beijing untuk beralih ke Indonesia untuk mengisi kesenjangan.
"Indonesia akan diuntungkan dari efek harga tetapi juga dari segi volume," kata Nafte.
Sementara itu, batu bara asal Australia diperkirakan juga belum bisa optimal menggantikan batu bara dari Rusia, terutama karena terjadinya bencana banjir di Australia.
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
Pertambangan di wilayah lembah Hunter utama di New South Wales (NSW) tergenang air setelah hujan lebat pada awal pekan ini. Banyak yang terputus oleh jalan yang banjir dan warga yang dievakuasi dari rumah yang terendam banjir. Diperkirakan akan memakan waktu beberapa minggu sebelum operator tambang dapat sepenuhnya menilai kerusakan.
Minggu lalu, tambang di lembah Hunter beroperasi seperti biasa, meskipun dengan penyimpanan air mendekati kapasitas penuh.
Tapi banjir minggu ini telah mengisi lubang yang akan membutuhkan waktu untuk mengosongkannya. Mungkin infrastruktur pelabuhan dan kereta api akan pulih lebih cepat. Tetapi persediaan batu bara akan cukup rendah. Ini karena pelabuhan membatasi antrian kapal yang menunggu untuk memuat batu bara pada level di bawah rata-rata antrian biasanya.