Menurut USGS, Rusia memproduksi 920 ribu ton tembaga pada 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 406.841 ton tembaga diproduksi Nornickel. Tembaga produksi Rusia banyak diekspor ke Asia dan Eropa.
Selain ke Eropa, tembaga Rusia juga diekspor ke China dan Belanda. Pada 2021, ekspor tembaga dari Rusia ke China mencapai 140 ribu ton, atau lebih dari 30% dari total ekspor tembaga Rusia.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Buka Suara, Soal Tudingan AS Ada Kerja Paksa di Industri Nikel RI
Setelah China, Rusia mengekspor tembaga ke Belanda (25%), Jerman (19%), Turki (11%), Mesir (6%), Kuwait (4%), dan lainnya.
Lantas, apakah Indonesia berpotensi meraup peluang pasar tembaga tersebut?
Perlu diketahui, smelter tembaga di Indonesia saat ini hanya terdapat dua smelter, yakni PT Smelting di Gresik, Jawa Timur yang merupakan smelter tembaga terbesar saat ini dan smelter PT Batutua Tembaga Raya di Maluku.
Baca Juga:
Balai Kemenperin di Makassar Dukung Pemerataan Ekonomi Wilayah Timur
PT Smelting merupakan pabrik pengolahan dan pemurnian konsentrat tembaga berkapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1 juta ton per tahun dan memproduksi sekitar 300 ribu ton katoda tembaga per tahunnya.
PT Smelting merupakan perusahaan patungan antara PT Freeport Indonesia dan Mitsubishi Materials Corporation (MMC).
Sementara smelter PT Batutua Tembaga Raya hanya memproduksi sekitar 25.000 ton katoda tembaga per tahun.