Senator Lindsey Graham, misalnya, telah menyerukan sanksi tambahan terhadap Rusia, sebagaimana dilaporkan ABC News.
Konflik Ukraina kini makin menunjukkan wajah peperangan modern: bukan hanya soal tank dan senapan, tapi tentang radar, spektrum elektromagnetik, dan drone bertenaga AI.
Baca Juga:
Rekor Gila! Rusia Luncurkan 479 Drone Serbu Ukraina
Laporan Jane's Intelligence Review 2024 mencatat bahwa Rusia telah mengintegrasikan kecerdasan buatan untuk memandu drone dalam misi penargetan, membuat sistem pertahanan udara semakin kewalahan.
Sementara itu, RAND Corporation dalam studinya tahun 2023 menekankan bahwa tidak ada satu sistem pun yang bisa bertahan sendirian.
Dibutuhkan integrasi antara sistem jarak pendek dan menengah seperti Gepard, Iris-T, hingga sistem canggih masa depan seperti IBCS (Integrated Battle Command System) milik AS yang mampu menggabungkan sensor lintas platform.
Baca Juga:
Tu-214 Berubah Jadi Monster Udara: Rusia Siap Luncurkan Rudal Mematikan dari Jet Sipil
Sayangnya, waktu dan sumber daya tidak berpihak pada Ukraina. Tanpa pertahanan udara berlapis dan sistem peperangan elektronik canggih seperti yang dimiliki EA-18G Growler milik Angkatan Laut AS, posisi Kyiv tetap rawan.
Serangan ini bukan hanya tes bagi kemampuan teknis sistem Patriot, tapi juga ujian bagi tekad dan ketahanan koalisi pendukung Ukraina.
Seruan terbaru Presiden Volodymyr Zelenskyy kepada Barat untuk memberikan dukungan lebih besar mencerminkan realitas suram di lapangan.