Mesin cetak itu dipesan khusus dari China karena mampu mencetak uang dengan akurasi tinggi. Bahkan, kertas yang digunakan juga diimpor dari China.
"Untuk sekali produksi, biaya yang diperlukan mencapai Rp300 juta," katanya. Syahruna menambahkan bahwa aktivitas mereka di lokasi tidak menimbulkan kecurigaan karena berpura-pura mencetak brosur kampus.
Baca Juga:
Operator Mesin Uang Palsu UIN Makassar Diklaim Bisa Cetak Rp 50 Triliun dalam 3 Hari
Selama sepekan sebelum penangkapan, Syahruna mengaku bekerja lembur hingga dini hari atas permintaan Andi Ibrahim, yang membutuhkan uang palsu dalam jumlah besar untuk keperluan Pilkada serentak 2024.
"Kami dijanjikan imbalan berupa uang asli 1:10, rumah, dan tanah oleh Andi Ibrahim," ungkapnya.
Namun, uang palsu yang mereka produksi ternyata berkualitas rendah. Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Marlison Hakim, menjelaskan bahwa uang tersebut sangat mudah dikenali dengan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang).
Baca Juga:
Polisi Beberkan Peran Pungusaha ASS di Kasus Pabrik Uang Palsu UIN Makassar
Teknik yang digunakan hanyalah cetak inkjet dan sablon biasa, bukan teknik cetak offset sebagaimana laporan yang beredar.
Marlison juga menegaskan bahwa uang palsu tersebut tidak memiliki unsur pengaman seperti benang pengaman, watermark, electrotype, maupun gambar UV.
Bank Indonesia memastikan bahwa barang bukti berupa mesin cetak hanyalah mesin percetakan umum dan bukan mesin pencetak uang.