Preman-preman
ini akan bertugas mengorganisir demo, mengumpulkan dukungan bagi tokoh politik
tertentu, hingga mengamankan lokasi kampanye politik.
"Sepengamatan
saya di Medan, banyak sekali sosok yang sekarang berkuasa di parlemen atau
masuk ke struktur partai, punya latar belakang dunia preman, terutama yang
sifatnya organisasi kepemudaan," kata Wilson.
Baca Juga:
Medan Masuk Daftar 15 Kota Termacet di Dunia, Ini Respons Bobby Nasution
"Di
berbagai budaya, kita kerap menganggap dunia gangster dan politik tidak
sepatutnya bercampur jadi satu. Namun, hubungan keduanya di Indonesia tidak
hitam-putih seperti itu, jauh lebih rumit, bahkan sudah biasa bila preman
mengambil peran aktif dalam politik," imbuhnya.
Tak salah bila
mengasumsikan premanisme gaya "orang kuat" seperti dijalankan Olo merupakan
wujud khas struktur politik modern Indonesia.
Lantas,
bagaimana Olo bisa menjadi begitu legendaris? Seperti apa Olo dalam kehidupan
sehari-harinya?
Baca Juga:
Bobby Nasution Luncurkan 60 Bus Listrik, Transportasi Medan Makin Modern!
Chris
bercerita, Olo tumbuh besar di Petisah, lingkungan di pusat Kota Medan yang
disebutnya sebagai ghetto. Di sanalah Olo mengasah bakatnya mencari
penghasilan di jalan.
Menginjak usia
kepala dua, Olo sudah punya penghasilan yang lumayan dari jasanya mengamakan
beragam usaha sekitaran Jalan Sekip.
Di usia semuda
itu, Chris bilang opung-nya memiliki pasukan yang bisa dikerahkan kapan
saja terjadi kericuhan di daerah kekuasaannya.