Hitchcock sebetulnya tidak pernah tercatat sebagai penulis prosa, bahkan penulis skenario pun bukan, meski berkolaborasi ketat dengan para penulis filmnya, ketika melakukan adaptasi dari prosa.
Cerita dalam ”buku-buku Hitchcock” adalah kumpulan cerita para penulis, yang memenuhi selera Hitchcock akan ketegangan, yang membuatnya disebut master of suspense.
Baca Juga:
Tingkatkan Literasi, Kepenghuluan Bahtera Makmur Ajak Warga ke Perpustakaan
Saya kira dari buku semacam inilah sumber Marina, meski kredit penulisnya adalah nama Hitchcock.
Salah satu cerita itu, “Nona Finch” (Hai, 45/XV/05.11.1991), terasa begitu menyentak sehingga mendorong saya untuk membuat cerita serupa, “Pelajaran Mengarang” (Kompas, 05/01/1992), yang hasilnya ternyata berbeda.
Agaknya bukanlah keserupaan cerita, melainkan kesamaan siasat yang saya dapatkan dari cerita itu.
Baca Juga:
Perkuat Literasi, Dr Icol Dianto Sumbangkan Buku Untuk Perpustakaan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary
Keserupaan --bukan kemiripan-- cerita, baru bisa saya capai kemudian, ketika menulis “Ratih” (Suara Pembaruan, 1992).
Pada pagi buta di bulan September 2021, saya baca kembali “Nona Finch” bersama dua cerita hasil terjemahan Marina yang lain: “Tamu Tak Diundang” (Hai, 22/XVI /2.06.1992) dan “Tidurlah Sayang” (Hai, 50/XV/10.12.1991).
Dari pembacaan ketiga cerita tersebut saya mencari siasat bercerita penulisnya, dan membagi temuannya di sini.