Kepala ANRI,
Imam Gunarto,mengatakan, boleh jadi kegentingan situasi saat itu membuat
orang-orang yang terlibat dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia luput
memasukan dokumentasi sebagai bagian penting dari acara.
"Mungkin
karena situasi saat itu juga yang masih genting. Karena tentara Jepang di
Jakarta juga banyak," ujar Imam, saat berbincang dengan wartawan, Senin (15/8/2021).
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Tentara
Jepang memang bisa datang dan mengacau jalannya proklamasi sewaktu-waktu.
Setelah kalah
dari sekutu, gerak-gerik tentara Jepang tidak dapat diprediksi.
Ketua Barisan
Pelopor, dr Moewardi, sampai memerintahkan anak buahnya berjaga di sekitar kediaman
Soekarno dengan senjata lengkap.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Mereka
diperintahkan melepaskan tembakan bila tentara Jepang datang untuk menggagalkan
proklamasi.
Atas
kedaruratan situasi saat itu, maka wajar bila momentum proklamasi kemerdekaan
berjalan dengan kurang satu-dua hal.
Imam
menambahkan, perihal dokumentasi boleh jadi pula luput dari perencanaan,
lantaran pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno rencananya akan disiarkan
langsung melalui radio swasta milik Belanda, NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-Omroep Maatschappij).