Soekarno
awalnya menulis draf teks proklamasi pada selembar
kertas putih berukuran panjang 25,8 sentimeter, lebar 21,3 sentimeter,
dan tebal 0,5 milimeter.
Kertas itu
disobek dari sebuah buku kecil.
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Setelah
diutak-atik oleh Soekarno-Hatta dan sejumlah tokoh PPKI, akhirnya jadilah
sebuah draf teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya.
Soekarno
menyerahkan secarik kertas tersebut ke Sayoeti
Melik untuk ditulis
ulang menggunakan mesin ketik.
Karena mereka
telah memiliki teks proklamasi yang sudah rapi menggunakan mesin ketik, secarik
kertas draf tadi dibuang ke keranjang sampah.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Tidak ada
catatan sejarah yang menunjukkan secara pasti siapa yang membuang kertas draf
tersebut.
Apakah
Soekarno, Sayoeti Melik, atau orang lain di ruangan itu.
"Tidak ada
bukti sejarahnya. Yang jelas, setelah ada teks proklamasi dalam bentuk naskah
untuk dibacakan, Bung Karno tidak lagi memegang (draf). Karena yang dipegang
tentu saja yang sudah jadi," ujar Kepala ANRI,
Imam Gunarto.