“Keberagaman gender di tim redaksi membantu media tetap relevan dengan berbagai perspektif. Oleh karena itu, perusahaan media harus memiliki kesadaran dan regulasi berbasis gender,” ujar Citra, yang juga menjabat sebagai pemimpin redaksi KBR, dalam diskusi tersebut.
Menganggu Integritas Jurnalisme
Baca Juga:
Indonesia Akan Ekspor Listrik, ALPERKLINAS Imbau Pemerintah Jangan Sampai Kebutuhan Dalam Negeri Terganggu
Kekerasan online berbasis gender terhadap jurnalis perempuan kerap dirancang untuk mempermalukan, meremehkan, mengintimidasi, membungkam, dan mendiskreditkan mereka secara profesional.
Para penyintas sering melaporkan penurunan produktivitas akibat stres, kehilangan pekerjaan, hingga menderita PTSD.
Dalam kasus yang parah, pengalaman ini bisa mendorong mereka untuk meninggalkan dunia jurnalisme.
Baca Juga:
Pengamat Semprot Elite yang Usulkan Gibran Dimakzulkan: Seperti Anak Kecil
Jika hal ini terus terjadi, dapat berdampak negatif pada kepercayaan terhadap integritas jurnalisme, serta mempengaruhi kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Devi Asmarani, Pemimpin Redaksi Magdalene, mengungkapkan bahwa sebagai media yang berperspektif gender dan kritis terhadap berbagai isu, termasuk KBGO, tim editorial Magdalene sering menjadi target serangan KBGO.
“Kami sangat merasakan dampak dari KBGO, mulai dari komentar bertubi-tubi yang kasar hingga tindakan doxxing. Kami harus merespons dengan cepat untuk mencegah dampak yang lebih parah terhadap tim kami, terutama mereka yang berada di garis depan media sosial,” jelas Devi.