Hasil Bonafiditas
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Jaringan ISIS Ditangkap Densus 88 di Jakarta Barat
Dua puluh tahun lalu, harian Kompas menuliskan emosi yang terkandung dari serangan udara teroris 9/11 ke New York dan Washington sebagai hasil dari kondisi dan situasi di mana AS menjadi negara bonafide di dunia (lihat: “Terorisme Berawal dari Keputusaasaan,” Kompas, 13/11/2001).
Bonafide AS mulai merasuk dan mendominasi “gaya hidup Amerika” melalui ideologi, kebudayaan, dan kesenian dunia, memanfaatkan film, media massa, internet, teknologi dan lainnya.
Energi yang dikonsumsi oleh “perang suci” yang tidak masuk akal melawan terorisme membuat kita sangat tertinggal jauh menghadapi tantangan nyata yang ada di depan kita pada dekade ketiga abad ke-21.
Baca Juga:
Min Aung Hlaing Tuduh Negara-Negara Dukung Konflik Myanmar dengan Pemasokan Senjata
Hingga saat ini, 4,6 juta orang di seluruh dunia tewas karena virus Corona, ratusan orang di berbagai tempat tewas dalam kebakaran hutan dan badai tropis akibat perubahan iklim, dan itu dalam dua minggu terakhir saja.
Ancaman baru, dari perang dunia maya hingga gelombang panas yang melelahkan, kini lebih mengkhawatirkan orang berbagai bangsa di dunia daripada terorisme.
Kita menganggap, bonafiditas AS merupakan sebuah hasil proses panjang kebekuan maupun perjuangan panjang masa Perang Dingin dengan AS sebagai pemenang utama.