Ini emosi yang terpendam selama 20 tahun terakhir.
Jawabannya mungkin ada pada Frallois-Henri Pinault, CEO PPR Group asal Perancis pemegang merek-merek fesyen mewah seperti Gucci, Yves Saint-Laurent, Bottega Veneta, Balenciaga, dan sejenisnya.
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Jaringan ISIS Ditangkap Densus 88 di Jakarta Barat
Menurut Pinault, dan mengejutkan pasar dunia sepuluh tahun lalu, kita memasuki zaman irasionalitas.
“Kita berada di awal dari tren sosial, dan perubahan akan berlangsung selama bertahun-tahun,” jelasnya.
Ini yang diramalkan oleh Alvin Toffler dalam buku klasiknya Future Shock (1970), yang menyebutkan berbagai perubahan menyebabkan terjadinya kelebihan beban secara psikologis yang berdampak pada keputusan yang kita ambil dan melemahkan kemampuan kita untuk bertindak secara rasional.
Baca Juga:
Min Aung Hlaing Tuduh Negara-Negara Dukung Konflik Myanmar dengan Pemasokan Senjata
Kita pun menyaksikan para pemimpin Eropa, termasuk AS, beserta masyarakatnya menderita akibat apa yang disebut sebagai gangguan kejut pasca-trauma kolektif.
Ini yang disebut harian ternama Inggris, Financial Times, sebagai post-Factual era (era pasca-faktual), ketika secara serius dalam lima tahun terakhir ini berhadapan dengan ancaman berbagai berita palsu di seluruh dunia.
Mungkin, kita berada di awal era perubahan ekstrem, mirip era Renaissance di Italia atau Revolusi Industri di Inggris.