Namun dilihat dari sisi moral politik, pencalonan putra sulung Presiden Jokowi tampak lebih kepada strategi untuk membangun blok kekuatan politik alternatif.
Semakin imbang kekuatan yang bertarung di Pilpres, maka semakin bermutu kompetisi demokrasi yang dihadirkan.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Di tengah penolakan yang begitu tinggi pada sosok Menteri BUMN Erick Thohir di internal Koalisi Indonesia Maju, Gibran kemudian menjadi satu-satunya nama yang paling mungkin untuk mengikat barisan Tegak Lurus Jokowi.
Atas izin Presiden Jokowi pada pencalonan Gibran, blok PDI-Perjuangan pun mendapat lawan tanding sepadan.
Bayangkan jika blok politik Tegak Lurus Jokowi tidak pernah ada, maka PDI-Perjuangan akan jadi kekuatan paling dominan.
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
Sebagai sebuah fakta politik, kesatuan yang solid antara Presiden Jokowi dan PDI-Perjuangan akan sangat sulit tertandingi.
Apalagi menurut hampir semua jajak pendapat, kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi selalu di atas 70%. Angka tersebut juga akan berpengaruh pada perolehan PDI-Perjuangan di parlemen.
Pemilu 2024 tidak akan menarik lagi, hasilnya sangat mudah ditebak. Tidak akan ada yang terkejut melihat Ganjar Pranowo melenggang dengan mudah ke Istana.