Kisah tersebut ditampilkan lewat bahasa simbolis, dalam hal ini Tulang Bongkok, yang mempunyai signifikasi tertentu.
Di kampung saya, mitos Tulang Bongkok diwariskan secara lisan oleh setiap orang tua kepada anak-anaknya; kakek dan nenek kepada cucu-cucu mereka.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Mitos ini kerap dikaitkan dengan musibah atau kejadian yang mendatangkan bala bagi seluruh warga kampung, misalnya wabah penyakit atau pageblug.
Dalam situasi demikian, kehadiran Tulang Bongkok diyakini sanggup menghalau bala yang tengah bercokol di kampung tersebut.
Itulah mengapa sosok Tulang Bongkok kerap hadir dengan wajah seram menyeringai dalam upayanya untuk mengusir kekuatan jahat atau energi negatif yang mengancam seisi kampung, sekaligus menakut-nakutinya agar tidak kembali lagi.
Baca Juga:
Meretas Heroisme Cut Nyak Dhien lewat Mahakarya Eros Djarot
Terlepas dari apakah Tulang Bongkok mampu melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak, yang pasti mitos ini sanggup bertahan melewati tahun demi tahun, generasi demi generasi, hingga tiba saatnya pandemi Covid-19 mengobrak-abrik negeri ini.
Di mata anak-anak, Tulang Bongkok ibarat jagoan pengusir pageblug.
Dengan penuh keyakinan pada mitos yang ada, mereka menciptakan Tulang Bongkok dari pelepah kelapa kering terbaik, setelah sebelumnya membuang semua sisa daun yang ada dan meraut tepian tulang pelepahnya dengan hati-hati.