"Sesuai dengan perintah pengadilan New Delhi, Telegram hanya mengungkapkan nama, nomor telepon dan alamat IP dari akun-akun yang terkait channel tersebut. Ini mungkin cukup untuk mengidentifikasi para pelaku di banyak kasus."
"Namun, mungkin juga pelaku yang diidentifikasi ada di luar negeri dan di luar jangkauan otoritas Singapura, atau para pelaku kejahatan yang lebih lihai masih bisa menerapkan beberapa lapis penyamaran," kata Ng.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Gomez juga menekankan bahwa aktivitas kejahatan yang dilakukan di Telegram seringkali melibatkan organisasi kriminal, yang "menciptakan rangkaian yang sulit dilacak".
"(Organisasi kriminal) melibatkan banyak orang yang mungkin tidak mengenal satu lama lain untuk menciptakan satu kali transaksi. Dari operator akun, penerima pesanan, kurir, hingga dalang operasi, orang-orang ini seringkali menjaga jarak mereka tanpa tahu informasi atau posisi pihak lain."
Pemulihan data juga bisa menjadi tantangan bagi lembaga penegak hukum, terutama dengan teknologi penyimpanan berbasis-internet dan awan, kata dia.
Baca Juga:
Punya 100 Anak Biologis, Berikut Fakta Unik CEO Telegram Pavel Durov
Banyaknya volume dan skala aktivitas berbagi pesan di aplikasi pesan juga menyulitkan upaya penegak hukum, kata wee.
"Komunitas biasanya terdiri dari ribuan pengguna, yang masing-masingnya kemungkinan juga berkirim pesan satu sama lain secara privat. Komunitas atau grup baru dapat muncul seketika, menyulitkan deteksi dan pelacakan," kata dia.
Juru bicara CNB kepada CNA mengatakan bahwa operasi anti-narkoba mereka dipandu oleh pengumpulan intelijen yang cermat dan penyelidikan yang efektif untuk menghentikan pasokan dan aktivitas perdagangan narkoba.