Sedangkan
di Tuban, dana yang sempat tertahan, akhirnya dikembalikan kepada yang berhak.
Aksi-aksi
"penyunatan" bansos di daerah-daerah, kini juga semakin berani disuarakan
karena masyarakat merasa mendapat "perhatian" dan "dukungan" dari Menteri Tri
Risma.
Baca Juga:
Ini Sekolah Rakyat akan Dibuka di Sumut Tahun 2025
Penyunatan
jatah bantuan sosial tunai untuk warga Kelurahan Beji, Depok, Jawa Barat yang
sempat dikutip Rp 50 ribu dari jatah Rp 600 ribu, menjadi terbongkar karena
keburu viral di media sosial (Kompas.com,
29 Juli 2021).
Empat
orang PKM di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berani melaporkan ke kepolisian
karena paket sembako yang diterimanya berbeda dengan ketentuan (Kompas.com, 29 Juli 2021).
Tri
Risma sempat mendapat "perlawanan" dari Bupati Alor, Nusa Tenggara Timur, Amon
Jobo, yang merasa tidak terima dengan aksi potong kompas
penyaluran bantuan untuk korban badai seroja yang melanda NTT beberapa waktu
lalu (Kompas.com, 03/06/2021).
Baca Juga:
Menteri PU Tegaskan Komitmen Dukung Infrastruktur Sekolah Rakyat
Padahal,
Tri Risma mengambil langkah cepat penyaluran bantuan untuk para korban karena
kendala komunikasi sehingga pihaknya kesulitan berkoordinasi dengan dinas
sosial setempat.
Infrastruktur
dan jaringan komunikasi di Alor pasca badai memang mengalami kerusakan parah.
Agar
gaya "meledak-ledak"-nya tidak disalahartikan dan bisa diterima semua kalangan,
tampaknya Risma tidak saja harus mempertimbangkan segi rasional, tapi juga segi
emosional sehingga visi kepemimpinan yang dikemukakannya bersifat inspiring and motivating.