Marah-marah Risma
Baca Juga:
Ini Sekolah Rakyat akan Dibuka di Sumut Tahun 2025
Aksi
marah-marah yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini di berbagai
kesempatan, kerap disorot oleh berbagai kalangan dengan beragam tanggapan.
Ketidakberesan
penyaluran bantuan sosial sebetulnya "penyakit lama" tetapi dijadikan "framing"
oleh Mantan Walikota Surabaya itu.
Dalam
berbagai survei yang diadakan sejumlah lembaga seperti LSI, Charta Politica,
Nusakom Pratama dan Akar Rumput Strategic Consulting sebelum pandemi Covid
gelombang dua terjadi --tepatnya di Januari-Mei 2021-- Tri Rismaharini bersama Ketua DPR Puan Maharani, Gubernur
Jawa Timur Khofifah Sri Indar Parawansa, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusti selalu masuk dalam "top
5" tokoh perempuan yang diperhitungkan dalam bursa calon presiden dan wakil
presiden.
Baca Juga:
Menteri PU Tegaskan Komitmen Dukung Infrastruktur Sekolah Rakyat
Dengan
konsisten, empat lembaga survei ini menempatkan Tri Rismaharini sebagai
pemuncak survei diantara tokoh perempuan lain, mengungguli elektabiltas dan
popularitas Puan Maharani, Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti.
Wajar
jika pihak yang selalu mengaitkan "aksi marah-marah" Tri Rismaharini dengan
mencari "panggung" politik menuju suksesi 2024.
Sebaliknya,
pihak lain yang mengenal dekat dan paham dengan karakter Ketua DPP PDI
Perjuangan Bidang Kebudayaan itu beranggapan kalau memang itulah model kerja
Tri Rismaharini.