Masih ada gelar-gelar lain yang tak kalah
prestise, tetapi bagi ibu dua anak ini, penghargaan-penghargaan semacam itu
hanya bonus.
Ia tak pernah mendambakan itu semua. Mimpinya,
lagi-lagi, hanya jadi Indiana Jones.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Sekarang, mimpi itu bertambah: memerdekakan
masyarakat adat dari pembodohan dan pemiskinan.
"Cuma itu yang membuatku bahagia. Aku tidak
melihatnya sekadar senang, tapi itu pekerjaan yang juga penting," tutur Butet,
setelah menertawai masalah pendanaan yang dianggapnya masalah abadi tetapi
senantiasa membuatnya bersyukur.
Ia masih berharap, Sokola dapat direplikasi
oleh banyak gerakan lain sehingga masyarakat adat yang didampingi semakin
banyak.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Madiun Resmikan Sekolah Terintegrasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
Walaupun Sokola telah menjangkau lebih dari
10.000 orang adat, tetapi itu bukan tolok ukur keberhasilan, ujar Butet.
Jumlah itu juga tak banyak berarti karena
faktanya, ada jutaan masyarakat adat di Indonesia.
Jutaan masyarakat adat itu bertahan hidup dari
alam tempatnya tinggal --tanah ulayat yang mungkin bakal dilibas oleh dalih
pembangunan, baik atas nama ekspansi perkebunan sawit, bisnis pertambangan,
atau industri pariwisata.