"Banyak orang (perambah hutan) tidak main-main
kalau berhadapan dengan Orang Rimba. Mereka mengerti, mereka akan bilang, "Aku
panggil nih Sawit Watch, Corruption Watch, atau Walhi"," ujar Butet, yang
menghabiskan 9-10 tahun di Makekal Hulu, Bukit Duabelas itu.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Pendidikan yang Memerdekakan
Kini, Sokola bukan hadir di pedalaman Jambi
saja.
Sokola, kata Butet, berupaya hadir di komunitas
adat yang: 1) dirugikan akibat buta huruf; 2) terancam pranata sosial dan
sumber daya alamnya oleh dunia luar; dan 3) masyarakatnya masih menyayangi
adatnya.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Madiun Resmikan Sekolah Terintegrasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
Hingga sekarang, Sokola hidup di 17 komunitas
adat, dari pegunungan sampai pesisir, dari wilayah yang kering sampai berlimpah
air.
Apa yang jadi pokok ajar otomatis berlainan di
masing-masing tempat.
Tidak ada urgensi untuk menyeragamkan keberagaman
itu.