"Banyak orang (perambah hutan) tidak main-main
kalau berhadapan dengan Orang Rimba. Mereka mengerti, mereka akan bilang, "Aku
panggil nih Sawit Watch, Corruption Watch, atau Walhi"," ujar Butet, yang
menghabiskan 9-10 tahun di Makekal Hulu, Bukit Duabelas itu.
Baca Juga:
Berikut 6 Tips Menumbuhkan Minat Baca Anak Sejak Dini
Pendidikan yang Memerdekakan
Kini, Sokola bukan hadir di pedalaman Jambi
saja.
Sokola, kata Butet, berupaya hadir di komunitas
adat yang: 1) dirugikan akibat buta huruf; 2) terancam pranata sosial dan
sumber daya alamnya oleh dunia luar; dan 3) masyarakatnya masih menyayangi
adatnya.
Baca Juga:
Kemenkes Buka 150 Prodi Spesialis untuk Pemerataan Dokter di 514 Kabupaten/Kota
Hingga sekarang, Sokola hidup di 17 komunitas
adat, dari pegunungan sampai pesisir, dari wilayah yang kering sampai berlimpah
air.
Apa yang jadi pokok ajar otomatis berlainan di
masing-masing tempat.
Tidak ada urgensi untuk menyeragamkan keberagaman
itu.