Ia sampai dipandang aneh. Tinggal di kota saja,
menurut Orang Rimba, sudah aneh; ditambah pula orang ini tak kunjung kapok
diusir dan malah mau berbagi kehidupan dengan mereka.
"Bukan aku saja yang penasaran dengan mereka,
mereka juga penasaran sama aku," kata Butet yang sudah 1,5 tahun terakhir
tinggal di Australia.
Baca Juga:
Sekolah Setinggi 6 Meter dari Kayu, Anak-anak Belajar di Bangunan Mirip Bedeng
Niat mulia dan ketulusan yang terpancar darinya
perlahan dipahami Orang Rimba.
"Ibu Guru Butet", demikian ia lantas
dijuluki, lambat-laun diterima secara utuh-seluruh.
Jelang tahun keduanya di Rimba, murid-murid
Butet sudah nyaris 200 orang.
Baca Juga:
Mensos Gus Ipul Tinjau Rumah Calon Siswa Sekolah Rakyat di Bandar Lampung
Atas pencapaian ini, ia diajak bicara oleh
tumenggung --kepala suku.
"Butet, sudah ratusan murid kamu, yang kamu
selalu bilang pintar. Tidak satu pun dari mereka yang bisa mengusir logging
(pembalakan hutan). Ngomong saja tidak bisa, tidak berani, tidak mengerti,"
ucap Butet, menirukan pesan tumenggung saat itu, tentu dalam bahasa lokal.
"Itu aku merasa sangat malu. Jadi sebenarnya
apa yang aku lakukan di sini?"