Bagi Arab Saudi, rekonsiliasi Arab Teluk ini sangat penting untuk menghadapi perkembangan politik regional dan global setelah Joe Biden memimpin AS menggantikan Trump.
Rekonsiliasi ini menjadi pelengkap tiga “kartu sakti” Arab Saudi dalam menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi, yaitu kartu Arab Teluk, kartu negara-negara Arab, dan kartu dunia Islam.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga
Kalah untuk Menang
Hanya beberapa hari semenjak Biden menjadi pemimpin AS, Arab Saudi sudah merasakan “pahitnya” AS di bawah pemerintahan Biden.
Baca Juga:
Kanwil Kemenag Kaltara Alokasikan 221.000 Jatah Haji untuk Tahun 2025
Sebagaimana dimaklumi, pada 4 Januri 2020, Biden mengatakan bahwa di bawah pemerintahannya, AS tidak akan mendukung lagi perang di Yaman yang dilakukan Arab Saudi bersama negara-negara koalisinya.
"Perang di Yaman harus diakhiri," kata Joe Biden, sebagaimana dikutip bbc.com, Selasa (5/1/2021).
Bahkan, AS mencabut label kelompok teroris terhadap kelompok Houthi, Selasa (16/2/2021), yang berkuasa di Yaman dan berperang dengan Arab Saudi beserta koalisinya.