”Keterlibatan TNI dalam operasi militer selain perang justru akan mereduksi eksistensi TNI sebagai alat pertahanan negara yang profesional, misalnya program cetak sawah, program ketahanan pangan. Kenapa TNI harus mengurusi itu?” ujarnya.
Padahal, menurut Al Araf, hasil jajak pendapat Litbang Kompas tersebut menunjukkan hal yang sangat positif, yakni motivasi mereka yang tertarik menjadi anggota TNI paling besar adalah ingin ikut serta menjaga pertahanan negara.
Baca Juga:
Sejarah Panser Ferret Legendaris di Tubuh Militer Indonesia
Hal itu menunjukkan masyarakat telah memandang bahwa TNI adalah alat pertahanan negara, bukan alat politik.
Secara terpisah, pengamat militer, Susaningtyas Kertopati, berpandangan, banyaknya generasi Z yang tidak tertarik menjadi anggota TNI salah satunya disebabkan orientasi dalam hidup mereka yang berubah atau berbeda dari generasi sebelumnya.
Ia menilai, pada umumnya generasi Z lebih ingin mendapatkan hasil berupa materi secepatnya tanpa mengalami proses panjang.
Baca Juga:
Mengenal Airbus A400M, Pesawat Angkut Militer yang Bakal Dimiliki Indonesia
Sementara di TNI, untuk setiap kenaikan pangkat pun memerlukan banyak syarat yang harus ditempuh.
Sebaliknya, bagi mereka yang ada di generasi X atau baby boomers, berkarier di TNI dinilai membanggakan dan menjadi pilihan banyak kalangan.
”Kita tahu, untuk kenaikan pangkat di TNI melalui berbagai hal yang harus ditempuh, ditambah dengan persyaratan-persyaratan,” kata Susaningtyas.